Kita sebut seperti demikian
Pada setiap hari kemerdekaan
Yang belum hari pembebasaan
Kita sebut proklamasi
Yang lalu jadi tradisi
Yang kini sudah 61 kali
Penjajah luar memang telah terusir
Penjajah dalam muncul sebagai kusir
Mencambuki rakyatnya yang dianggap takdir
Ya, merdeka untuk yang lapar kuasa
Tidak, untuk yang merayap bagai Paria
Pembagian harta dengan timbangan Jahilliah
Lihatlah taman surgawi di gurun sampah
Berhias istana beribu villa dan gedung senjata
Dikitari tinja, gubuk liar dan jamban raksasa
Puisi tak bisa ditulis romantis
Oleh gerombolan para iblis
Abadi mulut ternganga: Awas bahaya Komunis!
Kita nikmati ini kemerdekaan
Dalam pembuangan maupuh di kandang sendiri
Dalam lapar, kemiskinan tanpa keadilan
Satu tujuh delapan tahun empat lima
Itulah awal kemelaratan kita
Sekali merdeka tetap menderita
Memang orang besar telah menjadi kaya
Masih neraka dari sisa yang ratusan juta
Tinggi gunung seribu janji, lagu basi setiap hari
Pidato tahunan tak pernah absen di gedung dpr-ran
Membacakan laporan gemilang hasil penjarahan
Gemah ripah loh jinawi semuanya kaya dari korupsi
Puisi ini memang puisi poster
Yang lahir tanpa kaliber
Agar menguak menjadi panser
Terpelanting dari dunia sastra
Demi mengusik orang-orang fasik
Bermuka tembok berhati jangkrik
Merdeka, merdeka, merdeka…
Menderita, menderita, menderita…
Rakyat ditindas harta negara ludas
Satu tujuh delapan tahun empat lima
Satu tujuan satu hati satu langkah
Merebut pembebasan menggulingkan kaum serakah
Bisai (Asahan Aidit)
Hoofddorp, 1782006
Thu Aug 17, 2006 4:52 pm
http://groups.yahoo.com/group/sastra-pembebasan/message/35741
Tinggalkan komentar